itemscope itemtype="http://schema.org/WebSite"> Pemerintah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun hingga Maret 2024, Sri Mulyani: Turun Drastis dari 2023 - MediaSains.com

Pemerintah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun hingga Maret 2024, Sri Mulyani: Turun Drastis dari 2023

Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pemerintah telah menarik utang baru senilai Rp 104,7 triliun hingga akhir Maret 2024. Bendahara negara RI itu menyebut, penarikan utang pemerintah periode ini dinilai masih jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2023. "Untuk pembiayaan terealisir Rp 104,7 triliun. Ini nilainya jauh lebih rendah dari tahun lalu atau turun drastis 53,6 persen dibanding pembiayaan utang tahun lalu yang mencapai Rp 225,4 triliun. Jadi dalam hal ini kita cukup hati hati," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Jumat (26/4/2024).

Sri Mulyani merincikan, pembiayaan utang itu terdiri dari penerbitan surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 104 triliun dan pinjaman (neto) Rp 600 miliar. Dia bilang, pembiayaan SBN pada Maret ini menurun jika dibandingkan 2023 sebesar Rp 217 triliun. Begitupun pinjaman neto yang menurun 91,9 persen. "Dari penerbitan SBN tahun ini Rp 104 triliun ini turun 52,2 persen dari tahun sbelumnya Rp 217 triliun," ucap Sri Mulyani.

"Sedangkan dari sisi pinjaman neto yaitu Rp 600 miliar turun sangat besar 91,9 persen dari tahun lalu yang mencapai Rp 7,8 miliar," sambungnya. Pemerintah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun hingga Maret 2024, Sri Mulyani: Turun Drastis dari 2023 Menkeu Sri Mulyani: APBN Maret 2024 Surplus Rp 8,1 Triliun

Menkeu Sri Mulyani: Penerimaan Pajak Maret 2024 Capai Rp393,91 Triliun BSI Cetak Laba Impresif Rp 1,71 Triliun Hingga Maret 2024 Realisasi Anggaran Pembangunan IKN Sudah Rp 4,3 Triliun hingga Maret 2024

APBN Indonesia Surplus Tipis, Pemerintah Tarik Utang Baru untuk Bayar Pembiayaan BSI Cetak Laba Rp1,71 Triliun hingga Maret 2024 Kunjungan Wisman ke Sumut Turun Drastis, Hanya 15.155 Orang di Bulan Maret 2024

Meski begitu, perempuan yang kerap disapa Ani mengatakan kondisi global saat ini sangat dinamis. Untuk itu, dia menilai bahwa strategi pembiayaan akan tetap dikelola secara prudent. "Ini adalah waktu waktu yang cukup dinamis, karena perubahan nilai tukar, suku bunga, yield, dan juga guncangan yang berasal terutama dari negara negara maju seperti Amerika dan Eropa, yang harus kita perhatikan termasuk Jepang," tegasnya.

Post Comment

You May Have Missed